Kamis, 25 Maret 2016
Episode 11
Hari-hariku
di sekolah ini berjalan lebih cepat dari biasanya. Kegiatan dan rutinitas yang
padat menjadikan waktu begitu berharga. Perlombaan yang kami biacarakan
beberapa hari lalu bersama Dion, Reno dan Idris juga diumumkan di asrama kami,
dari penjelasan kak Viktor, kepala asrama ku, bahwa Alhambra harus ikut
berpartisipasi serius, agar dapat meraih hasil maksimal. Aku sedikit gugup
ketika pembagian tugas peran sebagai pemain drama, aku lumayan cemas jika aku
termasuk dalam anggota tim drama, dan kabar baiknya, aku tidak ikut.
Hanya
saja untuk volksong dan lomba berbaris, namaku termasuk dalam daftar yang
dibacakan kak Viktor malam itu. Sedikit shock mendengarnya sih, tapi mau gimana
lagi. Seperti volksong, hampir semua siswa asrama Alhambra diikutsertakan, maklum
group volksong kami berjumlah 80 orang, lumayan banyak.
Sedangkan
untuk lomba baris berbaris hanya 25 orang saja yang dipilih, yang sama tinggi
dan posturnya hampir sama semua, kebanyakan anak kelas 3 SMP dan kelas 1 SMA.
Ketiga temanku semua masuk dalam daftar group volksong di asrama masing-masing,
dan Idris masuk dalam tim drama asramanya. Tapi untuk baris berbaris cuma aku
sendiri yang kebagian.
Kesibukan
ini juga bikin waktuku bersama Fikri berkurang, setiap pagi sampai siang kami
belajar di kelas, siang hari kami latihan volksong, sore latihan baris
berbaris, dan malamnya aku harus ke GOR buat latihan marching band. Belum lagi
tugas-tugas yang sudah mulai diberikan beberapa orang guru yang sudah
mengantongi label guru "berwibawa", maksudnya kejam atau sadis gitu,
hehehehe.
Terakhir
aku menghabiskan waktu bersama Fikri pada malam terakhir MOS, meskipun kami
selalu duduk berdekatan sepanjang MOS tahun ini, tetap saja kebersamaan kami
terasa kurang. Beberapa kali Dion menjelaskan tentang
kesibukan siswa SMA, banyak tugas dan bimbingan khusus dari wali kelas, karena
tahun depan mereka akan menjadi pengurus asrama, bahkan bagi siswa tertentu
sudah diperhatikan sikap dan sifatnya sebagai calon kepala asrama selanjutnya.
Dan Fikri termasuk salah satu yang mendapat penilaian khusus, aku juga kurang
tau apa kriterianya, yang jelas dia masuk nominasi calon kepala asrama tahun
depan.
Dan
perlombaan baris berbaris akan dimulai awal bulan depan, artinya 16 hari lagi.
begitu juga dengan Volksong, hanya lomba drama yang belakangan, akan
dilaksanakan tanggal 1 Januari, tepat pada perayaan tahun baru. Semua asrama
telah memilih persertanya, dan persaingan sudah mulai terasa. Seperti lomba
volksong, Reno dan Idris kelihatannya sudah mulai menyombongkan persiapan
asrama mereka. Aku sendiri tidak begitu antusias bercerita tentang persiapan
asramaku, begitu juga Dion. Ada hal lain yang menganggu pikiranku.
Ya,
setelah pengumuman daftar anggota baris berbaris asrama kami Kevin memanggilku
ke ruangan pengurus asrama. Aku agak kaget juga awalnya, ada masalah apa
sehingga dia memanggilku ke ruangan pengurus. Biasanya dia langsung ke kamar
dan ngobrol biasa saja.
"Rick,
lu nggak keberatan kan ikut lomba baris berbaris." tanya Kevin sambil
duduk di kursi pengurus, sedangkan aku berdiri seperti anak buahnya, rasanya
pengen banget aku tonjok anak itu, huft. (Becanda)
"Boleh
diganti sama yang lain nggak kak?" dengan tampang memelas aku bicara
pelan. Sekarang aku sudah terbiasa manggil temanku ini dengan sebutan
"kak".
"Nggak
bisa, harus lu Rick. Kapan lagi lu dapat pengalaman itu." balas Kevin,
mukanya bikin aku kesal. Kelihatannya dia sengaja memasukan namaku dalam
daftar.
"Kenapa
harus aku" tanyaku penasaran.
"Ya
kita butuh semua anggota yang bagus, posturnya sama tinggi dan yang cakep-cakep
juga, biar enak dilihatnya, gitu. Secara lu termasuk yang cakep, jadi gak bisa
diganti. Teman sekamar lu, si Osa juga ikut kan, jadi kalian bisa tambah
akrab" jawab Kevin cengengesan.
"Iya,
aku tau dia ikut juga" jawabku cepat. Kevin nyengir mendengar jawabanku. Dia menggerak-gerakan tangannya di atas meja, kebiasaan yang sudah aku pahami, artinya dia berharap jawaban "Iya".
"Oke, aku terima, tapi kalau kamu tanya aku keberatan atau tidak, jujur saja aku keberatan, tapi mau gimana lagi, demi asrama kita, aku bersedia." ucapaku asal saja. Mau gimana lagi, nggak enak juga sama teman-teman asrama ku yang lain, nanti malah dianggap sombong dan gak peduli lagi, hitung-hitung cari pengalaman.
"Oke, aku terima, tapi kalau kamu tanya aku keberatan atau tidak, jujur saja aku keberatan, tapi mau gimana lagi, demi asrama kita, aku bersedia." ucapaku asal saja. Mau gimana lagi, nggak enak juga sama teman-teman asrama ku yang lain, nanti malah dianggap sombong dan gak peduli lagi, hitung-hitung cari pengalaman.
"Siiiiiip,
gitu dong. Gede juga ya sikap nasionalisme lu, " ucap Kevin sambil berdiri girang. Dan senyumnya semakin lebar, mungkin karena dia berhasil membujukku tanpa harus susah payah, jadi nyesal... coba aku kerjain dulu nih kakak pegurus, sebelum bilang "Iya".
"Hah?
Nasionalisme?" tanyaku dingin.
"Iya,
rasa cinta sama asrama, itu disebut nasionalisme juga tuh." Kevin
menambahkan sambil cengengesan. Kelihatannya dia tambah semangat sekarang.
Kadang
aneh juga lihat kakak pengurus yang begini, aku dan Kevin lebih sering seperti
teman, dan sebagian pengurus asrama yang lain juga bersikap sama, mungkin mereka tahu
aku sudah berteman lama dengan Kevin, jadi mereka memperlakukan ku sedikit
lebih santai.
"Jadi
kamu manggil, oh..... maaf, "kakak" maksudku, manggil aku kesini cuma buat nanya
itu?" tanyaku ke Kevin.
"Iya,
dan ada satu lagi." jawab anak Jakarta ini.
"Kemungkinan Fikri akan ikut juga dalam lomba itu mewakili asramanya, teman sekelas gue Amir yang bilang, Fikri siswa asramanya." tambah Kevin dengan nada hati-hati.
"Kemungkinan Fikri akan ikut juga dalam lomba itu mewakili asramanya, teman sekelas gue Amir yang bilang, Fikri siswa asramanya." tambah Kevin dengan nada hati-hati.
Aku
terkejut mendengar ucapan Kevin. Aku diam sejenak, mencerna kata-kata Kevin. Suasana berubah dan terasa canggung. Kevin
paham apa yang ada dalam pikiranku.
Dia menarik tanganku dan kami berjalan keluar asrama, aku mengikutinya tanpa bicara. Kevin berjalan di depan, dia tetap saja cengengesan, bahkan ketika bertemu beberapa anggota asrama yang lain dia masih sempat ngerjain anak-anak itu, huft,
Dia menarik tanganku dan kami berjalan keluar asrama, aku mengikutinya tanpa bicara. Kevin berjalan di depan, dia tetap saja cengengesan, bahkan ketika bertemu beberapa anggota asrama yang lain dia masih sempat ngerjain anak-anak itu, huft,
"Udah
tenang aja, nggak usah dipikirin. Lomba ini juga tujuannya buat kebersamaan
kan?" Kevin berusaha membujukku ketika kami sudah berada di taman depan asrama.
Aku belum menjawab, mataku memandang taman yang terhampar di depan kami. Aku tidak tahu harus bersikap bagaimana. Perlombaan adalah persaingan, meski tujuannya untuk kebersamaan, tapi tetap saja dalam pertandingan semua asrama bertujuan untuk menang.
Kevin ingin menjelaskan bahwa aku harus lebih memilih asrama ketimbang pacarku, mungkin itu inti dia memanggilku.
"Rick, gue gak maksa kok. Lu jalanin aja, pasti lu tau mana yang terbaik, gue udah lama kenal lu, bahkan sebelum Fikri." ucap Kevin pelan, tapi masih cengengesan. Aku memandangnya sesaat, dan aku mengangguk.
Aku belum menjawab, mataku memandang taman yang terhampar di depan kami. Aku tidak tahu harus bersikap bagaimana. Perlombaan adalah persaingan, meski tujuannya untuk kebersamaan, tapi tetap saja dalam pertandingan semua asrama bertujuan untuk menang.
Kevin ingin menjelaskan bahwa aku harus lebih memilih asrama ketimbang pacarku, mungkin itu inti dia memanggilku.
"Rick, gue gak maksa kok. Lu jalanin aja, pasti lu tau mana yang terbaik, gue udah lama kenal lu, bahkan sebelum Fikri." ucap Kevin pelan, tapi masih cengengesan. Aku memandangnya sesaat, dan aku mengangguk.
"Iya,
aku tau maksudmu memanggil ku ke sini. Aku akan bersikap profesional kok" jawabku tenang.
Kevin
tersenyum, sambil menepuk pundakku. Sesaat mata kami saling memandang, kali ini
Kevin tidak membuang mukanya, matanya semakin tajam, dan aku baru sadar bahwa
Kevin lebih dewasa dari yang aku pikirkan.
Kami tetap berdiri di taman beberapa waktu, sampai kami melanjutkan aktifitas kami masing-masing. Aku tau dan aku paham, Kevin memanggil ku lebih sebagai teman, bukan sebagai pengurus asrama. jadi tidak ada alasan untuk menolaknya.
Kami tetap berdiri di taman beberapa waktu, sampai kami melanjutkan aktifitas kami masing-masing. Aku tau dan aku paham, Kevin memanggil ku lebih sebagai teman, bukan sebagai pengurus asrama. jadi tidak ada alasan untuk menolaknya.
Kami
memulai latihan volksong sore hari berikutnya, awal yang kacau menurutku.
Semuanya bersuara tidak jelas, ada yang malu-malu, dan ada juga yang nggak tau malu. Setelah kak Lian (pengurus asrama yang berasal dari Medan) bersusah payah memandu kami agar kompak, bahkan beberapa pengurus lainnya sudah mengatur tempo musik dan sound sitemnya, ternyata tetap saja tidak ada kemajuan. Akhirnya kak Viktor mengambil alih latihan kami.
"Kita
akan mulai latihan tanpa musik... tanpa gerakan!" ucap kak Victor dari ujung
ruangan. Kami mengangguk dan mengikuti arahan kepala asrama kami tersebut, dan
setelah berjuang keras berkali-kali, akhinya suara 80 orang dapat disatukan dan
mulai enak didengar. Kami semua bertepuk tangan, kak Victor juga sudah mulai senyum, kayaknya dia senang dengan kemajuan kami.
Latihan
pada hari-hari selanjutnya berjalan baik, kami mulai bisa bernyanyi diiringi
musik. Selain itu kami juga sudah diajari beberapa gerakan koreo oleh kak Arif,
pengurus asrama kami yang berasal dari Kediri. Kakak yang satu ini berkulit gelap, meskipun gelap wajahnya manis loh. Kalau diperhatikan lebih teliti, kak Arif ini lumayan seksi, apalagi kalau ngajarin koreo, dengan baju kaos tanpa lengan yang basah kena keringat, wajar saja jika aku menilai kakak kelas 2 SMA ini seksi.
Beberapa kali kak Arif mengajarkan gerakan-gerakan rumit, aku kadang kesulitan mengikutinya, untungnya dengan senang hati kak Arif membimbing kami. Aku paling suka kalau kak Arif membimbingku sambil praktek, kadang dia memegang tanganku, tapi rasanya aneh, dia gak pede kalau bertatapan langsung, mungkin grogi, atau sungkan karena dia tau aku sudah punya pacar.
Dengan kemampuannya aku jadi penasaran, mungkin kak Arif ini memang seorang dancer profesional. Hmmmm, gimana kalau aku belajar privat sama kakak ini, pasti pacarku bakal cemburu, hahahahaha.
Begitulah latihan volksong kami yang padat, tapi menyenangkan, karena aku menikmatinya, bukan karena kak Arif tentunya, tapi memang aktifitas ini menghilangkan kejenuhan semua siswa.
Beberapa kali kak Arif mengajarkan gerakan-gerakan rumit, aku kadang kesulitan mengikutinya, untungnya dengan senang hati kak Arif membimbing kami. Aku paling suka kalau kak Arif membimbingku sambil praktek, kadang dia memegang tanganku, tapi rasanya aneh, dia gak pede kalau bertatapan langsung, mungkin grogi, atau sungkan karena dia tau aku sudah punya pacar.
Dengan kemampuannya aku jadi penasaran, mungkin kak Arif ini memang seorang dancer profesional. Hmmmm, gimana kalau aku belajar privat sama kakak ini, pasti pacarku bakal cemburu, hahahahaha.
Begitulah latihan volksong kami yang padat, tapi menyenangkan, karena aku menikmatinya, bukan karena kak Arif tentunya, tapi memang aktifitas ini menghilangkan kejenuhan semua siswa.
Sedangkan
untuk baris berbaris, aku tidak kesulitan mengikutinya, karena hampir semua
peserta sudah menguasai dasarnya, jadi tinggal nambah-nambah formasi gerakan
saja, agar jadi lebih menarik dan terlihat bagus.
Kami
menghabiskan waktu hampir dua minggu untuk latihan volk song dan baris
berbaris, sedangkan drama belum dimulai, karena perlombaan nya masih lama.
latihan-latihan ini awalnya terasa berat tapi lama-lama jadi terbiasa juga.
Seperti biasanya, waktu luang yang aku punya sangat sedikit, begitu juga Fikri,
dia juga sibuk dengan kegiatannnya, tapi kami tetap makan bareng kok, hehehe.
Di
luar rutinitas latihan, hari-hari ku di asrama berjalan seperti biasa. Apa
yang dikatakan oleh Kevin tentang Joshua tidak sepenuhnya salah (tidak salah
sama sekali, tapi aku masih gengsi mengakuinya wkwkwkwk). Dari awal latihan PBB
Joshua kelihatannya memang mudah akrab, dan ternyata dia anak yang enak diajak ngobrol,
dan jujur saja, dia menyenangkan.
Kami
membahas hal-hal kecil di sela-sela latihan, terutama masalah pacarku. Aneh
rasanya membicarakan Fikri dengan orang yang sebelumnya tidak aku sukai. Joshua
memberitahukan banyak hal tentang kebiasaan Fikri di kelas, yang aku tidak
tahu, maklum aku cuma tau yang baik-baiknya saja seperti dia punya nilai yang bagus dan tentu saja dia anak yang cakep.
Ternyata ada juga hal-hal yang negatif tentang Fikri, pacarku itu anak yang rada jahil, dia juga suka keluar kelas bila sedang bosan dengan materi yang diajarkan di kelas. Hemmmmm, kalau ketahuan bakal aku jewer tuh si Fikri, jadi ingat peristiwa di depan kamar mandi tahun lalu, ketika aku dihukum karena lupa mengerjakan tugas Fisika oleh pak Luthfi. Waktu itu tidak sengaja aku bertemu dengan Fikri, padahal jam pelajaran sedang berlangsung, mungkin dia sedang bosan, makanya keluar... dasar Fikri... suka melanggar juga. Huft.
Ternyata ada juga hal-hal yang negatif tentang Fikri, pacarku itu anak yang rada jahil, dia juga suka keluar kelas bila sedang bosan dengan materi yang diajarkan di kelas. Hemmmmm, kalau ketahuan bakal aku jewer tuh si Fikri, jadi ingat peristiwa di depan kamar mandi tahun lalu, ketika aku dihukum karena lupa mengerjakan tugas Fisika oleh pak Luthfi. Waktu itu tidak sengaja aku bertemu dengan Fikri, padahal jam pelajaran sedang berlangsung, mungkin dia sedang bosan, makanya keluar... dasar Fikri... suka melanggar juga. Huft.
Aku
sedang melipat baju ketika Joshua masuk ke kamar kami, tidak seperti biasanya, hari ini Joshua tampak sedikit berbeda. Dia tidak menyapa, hanya diam, dan
langsung bersandar di atas ranjangnya. Aku sedikit ragu untuk bertanya,
momentnya gak pas kayaknya.
Suasana
hening berlangsung beberapa menit hingga Akbar teman sekamar kami masuk.
"Kenapa
lu manyun aja bro?" sapa Akbar sambil melirik Joshua. Akbar berjalan sampai depan lemari pakaiannya,
"Gak
apa-apa, sedang bad mood aja." jawab Joshua datar, matanya sama sekali tidak memandang Akbar.
Aku menoleh sejenak dan memperhatikan kedua temanku ini. Akbar tidak menanggapi jawaban Joshua, kelihatannya dia paham, anak itu sedang tidak mau ngobrol.
Aku menoleh sejenak dan memperhatikan kedua temanku ini. Akbar tidak menanggapi jawaban Joshua, kelihatannya dia paham, anak itu sedang tidak mau ngobrol.
Akbar
melepaskan baju dan celananya lalu menggantungnya di tempat gantungan pada dinding kamar. Anak itu hanya menggunakan boxer, menurutku boxernya
terlalu mencolok, dengan warna kuning terang, bergambar kartun, kesannya aneh, tapi gak perlu dibahas
lah boxer siswa kelas 1 SMA ini, karena itu bukan urusanku dan nggak penting juga.
Oh
iya, karena asik membahas perlombaan aku jadi lupa menceritakan tentang
kamarku. Tahun ini aku merupakan yang paling junior di kamar ini, meskipun ini
tahun ketiga di sekolah.
Ini karena ketiga teman kamarku sekarang semuanya kelas 1 SMA, Joshua dari Jakarta, yang pertama kali aku kenal, karena dia yang duluan memperkenalkan diri. Akbar dari Tangerang, cowok dengan badan lumayan kekar, mungkin dia suka fitnes, atau juga karena dia suka ngangkat beban yang berat-berat. Satu lagi Denny dari Bandung, anak pendiam dan jarang ada di kamar kecuali jam tidur malam, soalnya dia asisten perpustakaan, jadi banyak menghabiskan waktu di ruangan asisten, yang punya fasilitas lumayan lengkap. Semuanya kelas 1 SMA, dari ketiganya hanya Joshua yang satu kelas sama Fikri, dan satu lagi, ketiga temanku tahu hubunganku dengan Fikri.
Ini karena ketiga teman kamarku sekarang semuanya kelas 1 SMA, Joshua dari Jakarta, yang pertama kali aku kenal, karena dia yang duluan memperkenalkan diri. Akbar dari Tangerang, cowok dengan badan lumayan kekar, mungkin dia suka fitnes, atau juga karena dia suka ngangkat beban yang berat-berat. Satu lagi Denny dari Bandung, anak pendiam dan jarang ada di kamar kecuali jam tidur malam, soalnya dia asisten perpustakaan, jadi banyak menghabiskan waktu di ruangan asisten, yang punya fasilitas lumayan lengkap. Semuanya kelas 1 SMA, dari ketiganya hanya Joshua yang satu kelas sama Fikri, dan satu lagi, ketiga temanku tahu hubunganku dengan Fikri.
Tahun
ini terasa berbeda, karena aku lebih cepat akrab dengan teman-teman sekamar,
mungkin kegiatan perlombaan yang menjadikannya begitu. Soalnya, Dion, Idris dan
Reno jadi jarang datang ke asramaku, mereka sibuk dengan kegiatan
masing-masing. Jadi aku lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman-teman
baruku. Meskipun demikian, kami masih bertemu pada jam makan, kadang olahraga,
khusus Dion, kami selalu ketemu karena kami satu kelas.
Akbar
duduk di ranjangku, sejenak dia melirik Joshua yang sedang pura-pura membaca
buku, padahal pikirannya sedang tidak di kamar kami?
"Rick,
ada masalah apa sama Osa?" bisik Akbar pelan. Aku memalingkan kepalaku dan
menatap Joshua, dia sama sekali belum berganti posisi, masih seperti tadi. Aku
menoleh ke arah Akbar dan menggeleng, tanda aku juga tidak tahu masalahnya.
"Dia
nggak ngomong ke lu Rick?" tanya Akbar lagi.
"Enggak,
Osa diam aja dari tadi. Masalah pribadi kayaknya, mending kita nggak usah ikut
campur, tunggu aja dia mau ngobrol, baru nanti kita tanya." jawabku
sekenanya.
"Iya
juga sih. Gue penasaran aja." ucap Akbar pelan.
Aku dan Akbar ngobrol sebentar tanpa menghiraukan Joshua, kami bicara sepelan mungkin hampir lima belas menit.
Aku dan Akbar ngobrol sebentar tanpa menghiraukan Joshua, kami bicara sepelan mungkin hampir lima belas menit.
"Bukan
masalah besar kok, gue sedang gak mood aja tadi, sekarang udah rada
lumayan." tiba-tiba Osa udah berdiri di belakang kami. Aku dan Akbar
sedikit terkejut. Apa dia mendengar obrolan kami.
Joshua menatapku dan Akbar bergantian, lalu dia nyengir. Aku jadi bingung dengan perubahan yang tiba-tiba itu.
Joshua menatapku dan Akbar bergantian, lalu dia nyengir. Aku jadi bingung dengan perubahan yang tiba-tiba itu.
"Thanks
ya bro, kalian teman yang perhatian" lanjut Osa masih sambil nyengir.
"Gitu
dong, kan jadi enak suasananya." respon Akbar, kelihatannya dia sudah sadar dari keterkejutannya tadi.
"Nih
gue kasih senyum yang lebih lebar, gimana?" balas Osa dengan senyum lebar, aku masih bingung dan ekspresiku jadi kaku.
"Rick
kok sekarang lu yang jadi diam?' tanya Osa yang sekarang sudah berubah, nggak
tau dari mana mantranya, baru beberapa menit tadi manyun, sekarang sudah santai
banget, aneh.
"Nah,
kok diam?" lanjut Osa.
"Haloooooooooo" Akbar berteriak di telingaku.
"Haloooooooooo" Akbar berteriak di telingaku.
"Iya
deh aku senyum juga" jawabku sambil tertawa.
"Kurang
lebar tertawa lu rick, nih biar tambah lebar" celetuk Akbar diikuti
teriakan dan umpatan Osa.
Ternyata
Akbar dengan cekatan baru saja memelorotin celana pendek yang digunakan Osa,
sampe celana dalamnya kelihatan. CD nya warna hitam, hahahaha. Aku tertawa cekikan, sementara Osa masih mengumpat dan menaikkan lagi celana basket yang dipakainya tadi. Ternyata adegan konyol itu tidak berhenti sampai
di sana, Osa membalas dan melorotin boxernya Akbar, dan parahnya nya
anak itu nggak pake celana dalam, dan hasilnya,.... tebak aja sendiri.................
************************
Hari
perlombaanpun tiba, tepat hari Minggu. Lomba baris berbaris adalah yang paling
pertama dipertandingkan. Aku dan Osa berada pada posisi paling depan, sedangkan
kak Candra pengurus asrama kami menjadi pemimpin barisan.
Tim
penilai dan penguji terdiri dari kakak-kakak kelas 3 SMA yang merupakan pengurus
Pramuka sudah berada di tempat. Seluruh peserta dari semua asrama berada di luar
lapangan, dan berjejer berdasarkan antrian. Sedangkan siswa lainnya berkumpul
di sekeliling lapangan guna memberikan semangat sambil meneriakkan yel-yel
asrama. Beberapa anak-anak asrama membawa kertas karton dan kardus bertuliskan dukungan, ada juga kain spanduk bekas yang bagian belakangnya dicoret pake spidol, sebagai bentuk suport. Semuanya diangkat tinggi-tinggi bak panji-panji perang, bikin tambah semarak pertandingan kami.
Asrama
Trisakti dapat giliran pertama. Fikri, kelihatannya sudah siap, dia berdiri
paling depan. Terakhir aku bertemu dengan pacarku itu minggu lalu, saat makan malam. Kami sama sekali tidak pernah membahas masalah perlombaan, karena terlalu sensitif dan menurutku tidak ada gunanya. Kami tidak bertemu lagi setelah itu karena kesibukan masing-masing, meski jujur saja aku kangen berat sama pacarku itu, tapi mau gimana lagi.
Bel
akhirnya dibunyikan, pasukan Trisaki pun meluncur dengan formasi berjajar rapi.
Langkah-langkah tegap, terlihat kompak dan sangat tertib. Kakak Penguji yang
berpostur tinggi, sudah siap dengan dua bendera oranye di tangannya. Semua mata
pasukan tertuju pada tangan dan bendera kakak tersebut, sedangkan para penonton
fokus pada pasukan yang sudah berbaris rapi di tengah-tengah lapangan.
Tiupan
peluit panjang dari Kakak penguji memulai perlombaan. Kedua tangan kakak
pengurus pramuka dibentangkan lurus ke samping bawah dan digerakan dari kanan
ke kiri, kiri ke kanan di depan badan. Dengan cepat pasukan membentuk setengah
lingkaran, arah setiap anggota semua menghadap ke pusat setengah lingkaran.
Para
penonton bertepuk tangan dan yel-yel asrama Trisakti menggema. Sebaliknya kami
malah menjadi gugup, karena pasukan kami belum maju.
Kakak
penguji kembali meniup peluitnya dan kedua belah tangan diangkat setinggi bahu,
jari-jarinya merapat menghadap ke dalam. Dengan cepat semua pasukan
mengaplikasikan aba-aba yang diberikan penguji. Tepukan dan yel-yel asrama Trisakti kembali terdengar.
Kakak penguji kembali memberikan aba-aba hingga 18 kali, bahkan ada beberapa aba-aba ganda, untungnya hampir semua aba-aba yang diujikan berhasil diaplikasikan oleh pasukan Trisakti.
Kakak penguji kembali memberikan aba-aba hingga 18 kali, bahkan ada beberapa aba-aba ganda, untungnya hampir semua aba-aba yang diujikan berhasil diaplikasikan oleh pasukan Trisakti.
Dan
terakhir, formasi bebas. Dalam formasi bebas sangat mempengaruhi penilaian,
karena semakin kreatif dan inovatif gerakan yang ditampilkan akan semakin bagus
nilainya. Akhirnya Pasukan Trisakti menyelesaikan ujian mereka setelah
mempersembahkan formasi laba-laba, formasi terkhir pasukan itu.
Satu
per satu pasukan menyelesaikan ujiannya, hingga akhirnya pasukan Alhambra, yang
berada pada antrian ketujuh. Osa menoleh ke arahku, sambil mengangguk. Aku
memejamkan mata dan menarik nafas dalam, berusaha menghilangkan rasa nervest.... jari-jariku terasa hangat dan basah.
"Yang
semangat, nggak usah gugup" bisik Fikri di telingaku.
Aku
menoleh melihat pacarku, tangannya yang basah oleh keringat menggenggam tanganku, nggak tau semenjak kapan dia ada di sampingku. Beberapa siswa memperhatikan kami meskipun hanya sedikit, yang lain sibuk
dengan pasukannya masing-masing.
Aku
tersenyum, "Kamu mau kemana?" tanyaku pelan.
"Nggak
kemana-mana, aku mau nonton pacarku PBB" ucap Fikri lembut.
Ada
rasa nyaman dalam diriku, serasa sudah lama sekali kami tidak seperti ini, aku
juga nggak tahu, hari ini aku merasa begitu mencintainya.
Osa
tersenyum melihat kami berdua. Sementara teman-teman ku yang lain hanya tertawa
cengengesan, termasuk kak Candra.
"Udah.....
nanti aja pacarannya" potong kak Candara dengan nada santai.
Fikri
tersenyum, lalu menatap Osa, "Jagain pacar ku..." bibir Fikri bergerak
tanpa suara, Osa mengangguk dan peluit panjang dibunyikan.
Aku
menghentakkan kaki serentak dengan teman-temanku, masuk ke tengah lapangan
dengan seragam bak pasukan penjaga Buckingham Palace, hanya saja kostum kami
berwaran biru putih, tanpa topi yang ada bulunya itu.
Kakak
penguji yang tepat berada di depan kami langsung menyambut dengan peluit
panjang dan membentangkan kedua tangan ke samping setinggi bahu dengan telapak
tangan terbuka menghadap ke bawah,
Aku
yang berada paling depan bersama Osa langsung bergerak membentuk barisan
berderet lurus menghadap kakak penguji. Seluruh teman asrama ku bersorak dan
bertepuk tangan. Yel-yel menggema, dan terdengar beberapa suara menyebut
nama-nama kami.
Sejenak
kakak penguji itu tersenyum, lalu meniup peluitnya sambil mengangkat kedua
tangan di depan dada dan jari-jari dirapatkan, kedua telapak tangan
ditempelkan dengan posisi semua jari tangan menghadap ke atas.
Aku
ingat formasi anak panah itu, kami sudah sering melakukannya ketika latihan,
tanpa ada yang salah semua personil berbaris sesuai aba-aba. Kakak penguji
terus meniup peluit dan memberi aba-aba angkare, kolone dan aba-aba lainnya,
dan kami mampu mengaplikasikannya dengan baik.
Bahkan ketika tiga aba-aba dikombinasikan menjadi satu, kami slesaikan tanpa ada kesalahan. Formasi setengah lingkaran adalah aba-aba terakhir yang diberikan kakak itu, dan kakak penguji kedua masuk ke tengah-tengah lapangan menggantikannya.
Bahkan ketika tiga aba-aba dikombinasikan menjadi satu, kami slesaikan tanpa ada kesalahan. Formasi setengah lingkaran adalah aba-aba terakhir yang diberikan kakak itu, dan kakak penguji kedua masuk ke tengah-tengah lapangan menggantikannya.
Kakak
penguji yang kedua dengan suara lantang memanggil pasukan kami
"ALHAMBRA..."
"SIAP.."
"ALHMABRA
..."
"SIAP"
"FORMASI
BARISAN BEBAS, LAKSANAKAN!"
Dengan
sigap, kak Candar menjawab "LAKSANAKAN".
Kami
memulai dengan meletakan tangan dipinggang dan berlari-lari kecil mengelilingi
kakak penguji sambil menyanyikan yel-yel Alhambra. Ada sekitar 8 Formasi bebas
yang kami tampilkan, dan ditutup dengan formasi lilin. Tepukan dan yel-yel dari
teman-teman asrama kami memenuhi lapangan, bahkan asrama lain pun ikut bertepuk
tangan. Kami memberi hormat terakhir dengan formasi Alhambra, lalu menepi ke
pinggir lapangan karena pasukan lainnya akan masuk.
Aku
tidak menonton beberapa asrama terakhir, karena terasa lelah dan capek, tapi
kami puas dan gembira. Aku memeluk Osa dan kami tertawa, saling bercanda
sesama personil pasukan, kak Candra pun sudah tidak ada bedanya seperti anggota
asrama lain, sejenak kami lupa kalau dia adalah pengurus asrama.
Tiba-tiba
Osa menarik tanganku, dan membawa ku keluar dari kerumunan teman-teman asrama
yang lain, dan Fikri berada tepat di depan kami.
"Kalian
berdua perlu waktu sendiri, jalan sana" ucap Osa sambil tersenyum, aku
membalas senyumnya dengan senyum penuh terima kasih.
Baru
saja aku dan Fikri mau melangkah meninggalkan arena perlombaan ................
"Cieeeeeeeeeeeeeee
..... Ricko lansgung diculik nieeeeeeeeeeeeeee..." ucap teman-temanku yang
jahil.
Kami
berdua menoleh sambil tersenyum, lalu melanjutkan langkah meninggalkan
kerumunan, menuju dunia kami, yang seakan sudah lama kami tinggalkan. Aku
mengenggam erat tangan Fikri, kami berjalan ratusan langkah hingga kami
berhenti di tepi kolam yang berada di sisi paling timur kampus ini.
Kami
berada di dekat pohon palem yang tidak terlalu tinggi, Fikri menuntunku duduk
di bangku beton dekat pohon palem itu, aku meletakkan kepalaku di bahunya,
Fikri merangkulku dan membelai rambut dan keningku. Kami menghabiskan hari itu
hingga sore, bahkan makan siang pun kami lewatkan, kami tidak peduli dengan bau
keringat di tubuh kami masing-masing, yang jelas kami merindukan suasana ini.
Seakan-akan waktu yang telah lama hilang telah kembali lagi.
******************************
Asrama
Sunda Kelapa akhirnya detetapkan sebagai juara 1 dalam lomba baris berbaris dua
minggu lalu, diikuti asrama Diponegoro dan GSB. Asramaku berada pada posisi 5
dikuti asrama Fikri pada posisi 6. Kami tidak terlalu kecewa dengan hasil itu,
karena kami sudah berusaha sekuatnya, dan yang membuat semuanya terobati,
Alhambra berhasil menyabet juara 1 pada perlombaan volksong satu minggu lalu.
Aku
dan Osa kembali ditempatkan pada posisi sayap kiri dan kanan di baris paling
depan, dan kebagian gerakan-gerakan rumit. Kami menyanyikan 5 lagu beruntun
tanpa jeda, lengkap dengan koreografi yang kreatif. Kak Arif yang seksi banyak berjasa dalam menyusun dan melatih koreografinya.
Latihan
berat selama ini, dan semakin berat satu minggu terakhir menjelang lomba tidak sia-sia.
Piala kemenangan kami arak hingga ke asrama dan diletakkan di depan kamar
pengurus. Perlombaan volksong menjadi penutup dari persaingan awal tahun ini, karena lomba drama baru akan dilaksanakan tahun baru nanti.
Setelah
lomba volksong Aku mulai menghabiskan banyak waktu bersama pacarku, teman-teman
kamar ku dan tentu saja dengan Dion, Idris dan Reno. Kami juga sudah mulai dibanjiri
tugas-tugas sekolah, seakan-akan para guru sengaja menghukum kami, karena
selama perlombaan tidak ada yang fokus belajar, hehehehe.
Aku
sendiri saat ini masih punya satu tugas lagi, yaitu Hamengkubuwono Cup di
Yogyakarta beberapa bulan lagi. Kami sudah latihan rutin, dan akan aku
ceritakan dalam episode tersendiri, soalnya panjang.
Perjalanan
tahun ke 3 di sekolah tidak seperti yang aku bayangkan. Cerita kakak-kakak
senior tentang banyak siswa kelas 3 SMP yang tidak betah sepertinya tidak berlaku
kali ini, karena kami semua sibuk dengan kegiatan-kegiatan sehingga tidak
sempat berpikir hal-hal yang menyangkut rumah, pacar atau urusan-urusan
lainnya selain kegiatan di sekolah, atau mungkin itu hanya pendapat pribadiku.
Yang jelas, aku menikmati tahun ini.
Menurutku
tahun ini menyenangkan dan aku semakin sayang dengan pacarku. Thats true...........
************************
Masa
ujian akhir tahun akhirnya tiba, Fikri selalu ada di sampingku. Kadang hampir
setiap hari dia di kamarku, selain karena dia pacarku, dia juga sudah akrab
sama teman-teman sekamarku, karena mereka satu angkatan. Hanya saja Fikri tidak
boleh menginap malam hari di asrama kami, karena siswa harus tidur di asrama
masing-masing, dan berkenaan dengan peraturan tersebut ditegakkan dengan ketat,
jadi tidak ada peluang Fikri melanggarnya.
Bicara
tentang lomba drama, aku tidak akan banyak bercerita, bukan karena aku tidak
suka, tapi lebih karena aku tidak terlibat langsung dalam kegiatan itu. Hanya
diberi tugas oleh kakak pengurus untuk membuat aksesoris kostum pemeran drama,
itupun bukan aku sendiri, melainkan semua teman-teman asramaku. Dan pada
akhirnya asrama kami tidak masuk dalam 8 besar, hehehehehe.
Nah,
kalau mau tau tentang Dion, kami selalu berdiskusi dan belajar bersama saat jam
belajar malam, karena kami satu kelas, sedangkan Reno dan Idris juga sibuk
belajar dengan wali kelasnya masing-masing, mengingat Ujian Nasional tinggal
menghitung hari saja.
Fikri
sangat banyak membantuku, kadang pacarku itu nyiapin minuman, camilan dan
macam-macam lagi, tapi sialnya Osa dan Akbar ikut menikmatinya, hanya Denny
yang sedikit kalem dan tidak banyak bicara, tapi kalau soal makanan, sama saja
seperti yang lain.
"Pemberian
zat kimia dalam makanan untuk memberikan cita rasa manis sebagai bahan
pengganti gula pasir adalah ......" Fikri membaca salah satu pertanyaan
dari buku persiapan UN SMP
"Bentar,,...
aku ingat-ingat dulu" selaku sambil berpikir keras.
"Jawabannya
C,.....................C .... I..... N...... T .... A ...." tiba-tiba
Akbar nyeletuk.
Osa
tertawa mendengar celetukan Akbar, Fikri malah iku senyum, sementara
aku........ tentu saja cemberut. Memang begini rasanya anak SMP di tengah
kumpulan siswa SMA, pasti suka dikerjain.
"Jangan
cemberut dong Rick, santai aja, ntar lu stres loh" tambah Akbar.
Akhirnya
dengan terpaksa aku tersenyum juga.
Fikri kembali membacakan beberapa pertanyaan lagi, sedang kedua temanku yang lain sibuk dengan urusannya.
Fikri kembali membacakan beberapa pertanyaan lagi, sedang kedua temanku yang lain sibuk dengan urusannya.
"Bar,
keliling yok" ucap Osa.
"Ayo"
jawab Akbar, dan sambil melirik kami berdua "Jangan macam-macam ya kalian
berdua di kamar ini" tambah anak Tangerang itu. Osa tertawa dan mereka
berdua meninggalkan kami di kamar, sementara aku dan Fikri tidak mempedulikan celotehan kedua
mahluk itu (temanku) maksudnya hehehe.
"Kamu
nggak capek?" ucap Fikri santai sambil duduk di ranjang Akbar.
"Capek
sih, tapi harus belajar, aku harus lulus UN kan?" jawabku lirih,
"Tenang
aja, aku yakin kamu lulus kok Rick" kata-kata Fikri memberi semangat
padaku.
"Gimana
kalau aku nggak lulus" Tanyaku lagi
"Pasti
lulus" jawab Fikri yakin. Sejenak kami terdiam.
"Kalau
tidak lulus UN, aku pasti tidak akan melanjutkan di Sekolah ini. Papa
akan memindahkanku ke Bandar lampung." ucapku, lebih kepada diriku
sendiri.
Fikri menatapku sejenak, dan dia masih saja tersenyum.
Fikri menatapku sejenak, dan dia masih saja tersenyum.
"Percaya
deh, kamu pasti lulus, dari awal kamu berada pada kelas atas, dan nilaimu nggak
jauh beda dari Dion, bahkan di beberapa pelajaran kamu unggul" ucap Fikri
memberi semangat.
"Tapi
tetap saja ada kemungkinan aku tidak lulus kan?" ucapku sedih.
"Aku
yakin kamu pasti lulus, tenang aja." Fikri berdiri dari tempatnya duduk,
dan menghampiriku, dia memegang tanganku, Aku hanya menunduk.
"Kalau
kamu pulang, aku akan menyusul, meskipun aku tidak yakin kapan, tapi aku janji,
aku akan menyusulmu" ucap Fikri tulus.
"Terus
bagaimana sekolahmu?" tanyaku.
"Aku
akan menyelesaikan SMA dan kuliah di tempatmu" jawab Fikri yakin.
"Bagaimana
kalau orang tuamu tidak mengizinkan?" tanyaku lagi
"Pasti
papa mengizinkan, aku akan berusaha sekuat tenaga, dan bila tetap tidak dapat
izin, aku akan tetap menyusulmu." jawabnya penuh keyakinan.
"Lalu,
siapa yang ................................" bibir hangat pacarku telah
menempel di bibirku, terasa begitu segar bagaikan es lemon yang masuk ke
tenggorokan di siang hari yang terik. Basah dan hangat.
Aku membalas ciuman itu, kami menikmati ciuman kami. Aku merasakan lidah pacarku yang lembut, kami berbaring di atas tempat tidurku. Fikri memeluku erat, dan akupun memeluknya lebih erat lagi.
Aku membalas ciuman itu, kami menikmati ciuman kami. Aku merasakan lidah pacarku yang lembut, kami berbaring di atas tempat tidurku. Fikri memeluku erat, dan akupun memeluknya lebih erat lagi.
Kami
menikmati momen itu, aku tidak sadar berapa lama kami berpelukan dan berciuman,
hingga bibirku terlepas dari bibirnya, kami saling bertatapan.
"Kamu
terlalu banyak berpikir Rick" Ucap Fikri,
"Aku
yakin kamu lulus, dan yang lainnya tidak perlu kamu takutkan, aku akan
membantumu sebisa ......................."
Giliranku
mencium bibir Fikri, dan dia membalas, kami kembali berciuman cukup lama.
"Dan
kamu terlalu banyak bicara" ucapku setelah kami selesai saling melumat
bibir, bibir kami yang sama-sama merah. Aku akan selalu ingat moment ini,
ciuman penuh sayang dan kasih antara siswa kelas 3 SMP dan 1 SMA, "semoga
ini bukan yang terakhir" batinku memohon.
Fikri
tersenyum, lalu kami berdiri dan beranjak keluar kamar, melanjutkan hal-hal kecil yang menyenangkan.....
Bersambung
selamat membaca
ReplyDeletegood kak, lanjut terus yaa :)
ReplyDeleteYa, terimakasih telah membaca, salam kenal Kevin Paundra.
DeleteSweet banget kisah mereka, bikin envy haha
ReplyDeleteyang bener.... hehehehehehehe
DeleteMantap.. ditunggu kelanjutannya. Thanks.
ReplyDeleteSegera Patrick Mandang, terimaksih atas supportnya
DeleteKeren ceritanyaaaa
ReplyDeleteDitunggu kelanjutannya yaa kak:)
Randy Firdaus, terimaksih sudah mampir di blog ini, segera akan dilanjutkan ceritanya.
DeleteKeren.. Romantis...Dan membuat nostalgiaku smakin indah.
ReplyDeleteNggak sabar baca klanjutanx........
Cepat yahh kak dilanjutin critanya.......
Lanjutan episode 12 sudah dipublish, silahkan mampir di episode 12, selamat membaca
DeleteLanjutan.a di tunggu yah .. Secepat.a hehehehe
ReplyDeleteEpisode 12 sudah dipublikasikan, silahkan kunjungi halamannya, terimakasih sudah membca
DeleteEpisode 12 nya mana?
ReplyDeleteEpisode 12 sudah dipublikasikan, silahkan kunjungi halamannya, terimakasih sudah membca
Deletedari Lampung juga bro?
ReplyDeleteceritamu rada khayal.. tapi bikin ngakak..
gua suka banget, hehe..
tolong dilanjut bro, gua penasaran nih, wkwkwk
Terima kasih sudah mampir, cerita ini tidak sepenuhnya Fiktif, diangkat dari pengalaman nyata yang dirangkai dengan konsep kekinian agar terasa nyata. Episode 12 sudah dipublish, silahkan kunjungi websitenya.
Deletemasih setia menunggu lanjutannya wkwk
ReplyDeleteKK Teddy Bear, sorry episode 12 lama dilanjutnya, sekarang sudah dipublish kk, terimaksih telah setia menunggu. Muach.
Deletemakasih leoo, gw SUKA BANGET sesuka itu sama karyamu. terus berkarya yaa :))
Deletemakasih leooo, aku SUKA BANGET sesuka itu sama karyamu. terus berkarya yaa :)) muach
Deletemuaaaaachhhh
DeleteLeo? Hai, Leo! Aku Al dari kelas 2H. Hehehe :D Salam Kenal Yah, dari NTB. Ceritanya seru2, mayan ngakak gk berujung. :V Ngomong2 kisahnya emang rada mirip Crazy Little Thing Called Love (Thailand), atau hanya penilaian pribadiku saja? Bagian nyusun rencana pdkt sama Fikri (jadi ingat waktu nam and the genk nyusun strategi dekatin p shone), dipetikin jambu air (kesanx seakan adegan p shone waktu jatuh dr pohon mangga dan dkasih k nam sekarang gk nyisain pertanyaan lg, krn diletak setelah mrk pacaran), mreka berdua sama2 populer (mirip penokahan p shone dan nam setelah jd cantik), apalagi ada "desas-desus" Ricko jd mayor (bnar2 mrip nam), yg gk kalah menarik adl sekolahx gbung smp dan sma (bedanya sama CLTCL yah cuma gk ada asramax aja), and the title : Ada Cerita Cinta di Asrama (umum, remaja banget, and sweet, kayak bisikan lembut ala seksi dikit gitu, mirip sama Crazy Little Thing Called Love). Setidakx menurutku cerita ini hanya terinspirasi dr sana. Terlepas atau melihat dr hal itu, this is Great! Soalx kemiripanx dgn CLTCL gk nyampe 20 porsen, kisaran 10 smpe 15 aja. I mean, keep it going. Tulisanmu bagus dan bijak. Aku jg jadi lebih terinspirasi utk menulis. Kalau mau mampir ke blog ku, gk usah sungkan bwt comment yh kak. Alamatx pernah aku post d bagian prolog ACCA. Nama blog, Cerita Gay Khusus-Cowok. Semoga sukses. And, kalau misal ceritax terkesan 'dewasa', boleh d abaikan dan pilih yg rada biasa aja. Yes, I'm eighteen now! :D
ReplyDeleteSalam kenal Al kelas 2H dari NTB. Mungkin Al menemukan kesamaan nuansa antar cerita ini dengan Film Crazy Little Thing Called Love, justru aku menonton film itu setelah cerita ini aku tulis. Perbdaan mencolok dari cerita ini tetap pada intinya kehupan anak asrama, tentu dengan banyak suka dukanya. Terima kasih sudah membaca, dan tetap sabar menunggu kelanjutan kisahnya.
DeleteLanjut kak seru bingit cerita ny.. Bikin aqu penasaran tuk cerita slnjut ny
ReplyDeleteSudah dilanjut dek episode 12, silahkan kunjungi halamannya, terima kasih sudah mampir, salam kenal.
DeleteCeritanya sih bagus. Seneng bacanya.. Cuman, part-part yang berbicara dalam hati atau seolah bicara sendiri itu terlalu panjang dan bertele-tele. Kurang banyak obrolan langsungnya.. Ada beberapa pembaca kurang menikmati Begituan,jadi skip aja bacanya dan bisa jadi kurang menikmati.
ReplyDeleteTapi ceritanya menarik... Saya suka. Dan penasaran sama si penulis. Coba deh kak buat alurnya yang sulit di tebak, biar kita pembaca pada lebih penasaran sama tokohnya.. Soalnya kadang udah bisa nebak gimana cerita kedepannya..
Salam kenal kak ya
Ceritanya menarik tapi coba ada gambarnya pasti lebih menarik 😂😂😂
ReplyDelete